Selamat Datang Di "Storya Tube" Semoga Website Ini dapat Bermanfaat Untuk Anda

Ini adalah website Jurnalis kami

Dapatkan Informasi Menarik Di website ini

Ilmu

Ilmu adalah harta yang sangat berharga, maka carilah Ilmu Sebanyak-banyaknya.

Info Sinopsis Film

Ini adalah Kumpulan Dari Sinopsis Terbaik Di Dunia.

My-Video

Video merupakan rangkaian cerita berjalan, dengan adanya video memungkinkan kita berinteraksi dengan orang diseluruh dunia dengan mudah.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, August 31, 2016

Sinopsis Film Baskin (2016)

Baskin adalah sebuah film garapan sutradara Can Evrenol yang rilis pada tanggal 25 Maret 2016. Dalam durasi 97 menit, film ini menyuguhkan cerita yang dapat membuat penontonnya bingung dan terkejut karena alur ceritanya. Baskin masuk dalam kategori film horor fantasy. Bukan hantu yang berkeliaran dalam film ini, melainkan orang-orang misterius yang menyeramkan.
Alur  film ini bermula dari kumpulnya ke lima polisi patroli yang di perankan  oleh (Gorkem Kasal, Ergun Kuyucu, Sabahattin Yakut, Mehmet Fatih Dokgoz, Mehmet Cerahoglu, Muharrem Bayrak) di sebuah restoran pinggir jalan,namun ketenangan mereka terusik oleh salah satu pegawai restoran yang menurut mereka meledek pembicaraan mereka. Di awal cerita sudah mulai muncul kejadian aneh yaitu dengan muntahnya salah seorang kawan mereka. Singkat cerita akhirnya ke lima polisi tersebut pergi meninggalkan restoran setelah terjadi keributan dengan pegawai restoran tersebut.  saat sedang asik bercanda di mobil mereka mendapatkan sebuah panggilan tugas yang mengharuskan pergi ke suatu tempat yang asing di dengar. Saat di  perjalanan mereka mendapatkan gangguan yang aneh. Hingga akhirnya mobil mereka menabrak seseorang dan tercebur ke dalam sungai.
Siapakah orang yang mereka tabrak ??
Film ini membuat kita berfikir ulang peristiwa yang dialami ke lima polisi. Alur film ini tumpang tindih. Untuk anak dibawah umur tidak di rekomendasikan menonton film ini karna ada unsur kekerasan.
Ending dari film ini menyisakan satu orang polisi pemegang kunci kehidupan yang selamat. Tetapi…..

Saksikan film ini sendiri..ok!!

Tuesday, August 30, 2016

cerita Seputar E-KTP

cerita Seputar E-KTP

Ceritanya pas hari Selasa Tgl 30 kemaren ane ke kecamatan mau bikin ulang E-Ktp baru, Karen yang lama hilang. Nah sampai di kecamatan ternyata antriannya panjang. Padahal kesana baru jam 8 pagi, dan yang bikin gak enak hati adalah ternyata kita harus ambil nomer antrian terlebih dahulu dan rata-rata yang pada antri nomer dating jam 5 pagi. Dan nomer antriannya Cuma sampai 120 nomer. Si petugas bilang kalo jam 2 nanti nomernya sudah habis sampai 120 baru bisa antri lagi. Dan yang bikin miris ternyata computer di kecamatan yang menangani E-ktp Cuma ada 2 unit sedangkan yang buat bisa bejibun. Gilaaa…
Flashback dulu. Kenapa ane bisa sampai kehilangan itu E-ktp.
Pada tahun 2013 (tgl sama bulannya ane lupa) ane kena tilang polisi..nah setelah sampai kampus dompet ane malah ngga ada. Entaah jatuhnya dimana. Nah besoknya ane proses semua surat-surat mulai dari bikin surat kehilangan sampai ngurus ke bank. Nah ga lupa juga ane ngurus ulang E-ktp ternyata si petugas waktu itu bIlangNYA SIH lagi Ngga bisa untuk pembuatan ulang sekarang, namun nanti Karna ane udah pernah rekaman foto, retina, sidik jari jadi tinggal nunggu aja e-ktp itu diantar ke kelurahan (petugasnya bilang begitu),
Penantian ane selama 2013 sampai sekarang ber-ujung pengulangan. Ternyata si petugas dengan santai bilang bikin ulang lagi saja. Parah……!!!
Begitulah singkat ceritanya.

Keesokan harinya
Akhirnya ane Cuma dapet informasi besok pagi disuruh datang pagi-pagi buat ambil nomer lalu bawa kartu keluarga (KK). Dan ternyata kata orang kecamatan (beda orang) ga perlu pake antri segala. Widiihh.udah bangun pagi-pagi ternyata ga perlu ambil nomer antrian.
Akhirnya ane dibikinin surat keterangan lagi. Sama seperti 2013 yang lalu. Cape deh…
Sekedar info. Ini sih katanya sangsi bagi yang belum rekam E-ktp (yang sudah pernah rekam E-ktp tapi hilang, rusak, ada yang salah tidak termasuk), yaitu tidak akan bisa dilayani jika ingin mengurus berkas -berkas, buat rekening, BPJS , dll. Pokonya semua hal yang menyangkut E-KTP.

Sekian..

Best Funny Cat 2016 - Kucing Main Tebak-tebakan Lucu Bikin Ngakak

Komunikasi Politik - Bab "HAKEKAT KOMUNIKASI"

HAKEKAT KOMUNIKASI

Isi pembahasan :
1.      Pengertian Komunikasi
2.      Karakteristik Komunikasi
3.      Prinsip Dasar Proses Komunikasi
4.      Tingkatan Proses Komunikasi
5.      Model Komunikasi; Model Dasar dan Pengaruh

Pengertian Komunikasi
Beragam pendapat yang dikemukakan oleh scholar atau sarjana tentang yang dimaksudkan dengan komunikasi (lebih kurang 126 buah, Frank EX. Dance dalam Sendjaja, 1998: 7). Namun jika ditarik benang hijau maka dapat dirangkum dalam sebuah kalimat “Proses penyampaian ataupun pertukaran pesan dengan sebuah maksud ataupun tidak (maksud) sesuatu”.


Karakteristik Komunikasi
Ø  Proses
Ø  Disengaja dan mempunyai tujuan
Ø  Menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari partisipan komunikasi.
Ø  Bersifat simbolik
Ø  Bersifat transaksional.
Ø  Menembus ruang dan waktu.

Prinsip Dasar Proses Komunikasi
Harus ada:
Ø  Sumber/Pengirim atau yang melakukan pertukaran pesan.
Ø  Pesan yang dikirimkan ataupun dipertukarkan.
Ø  Media sebagai alat penyampaian atau penghubungan pesan dari satu pihak kepada yang lain.
Ø  Penerima atau yang melakukan penyampaian atau pertukaran pesan kembali.

Tingkatan Proses Komunikasi
Ø  Komunikasi dengan
Ø  Masyarakat luas
Ø  Komunikasi Organisasi
Ø  Komunikasi Kelompok
Ø  Komunikasi dlm Kelompok
Ø  Komunikasi Antar Pribadi
Ø  Komunikasi Intra Pribadi


Model Komunikasi
*     Pengertian dan Fungsi Model
*     Model Dasar
*     Model Pengaruh


Pengertian Model
Littlejohn (1983: 12) mengatakan bahwa “In a board sense the term model can apply to any symbolic representation of a thing process, or idea” .
Artinya, dalam pengertian luas, pengertian model menunjuk pada setiap refresentasi simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan/ide.
Ini berarti bahwa, menurut Sendjaja (PIK, hal 54), model bisa berbentuk gambar-gambar grafis (seperti yang sering dijumpai dalam bidang eksakta dengan model-model grafik balok, tangga, dsbnya.), verbal (seperti Monas untuk mengambarkan Jakarta), dan matematikal (seperti rumus-rumus matematika dengan akar, rata-rata, dsbnya).
Dalam konteks ini, tidak berarti bahwa model sama dengan teori, seperti yang dapat dipahami melalui pendapat Littlejohn dan Hawes (1983).
Teori merupakan penjelasan (explanation), sementara model hanya merupakan refresentasi (representation). Dengan demikian, model komunikasi dapat diartikan sebagai refresentasi dari suatu peristiwa komunikasi. Model tidak berisikan penjelasan mengenai hubungan dan interaksi antara factor-faktor atau unsur-unsur yang menjadi bagian dari model. Penjelasannya diberikan oleh teori.

Fungsi Model
Menurut Deutch, 1966, seperti yang dikutip oleh Sendjaja dkk (PIK, UT, 1998, hal. 54).
“Model dalam konteks ilmu pengetahuan social, mempunyai empat (4) fungsi. Pertama, fungsi mengorganisasikan. Artinya, model membantu kita mengorganisasikan sesuatu hal dengan cara mengurut-urutkan serta mengaitkan satu bagian/system dengan bagian/system lainnya, sehingga kita memperoleh gambaran yang menyeluruh, tidak sepotong-sepotong.
Kedua, model membantu menjelaskan. Meskipun model pada dasarnya tidak berisikan penjelasan, namun model membantu kita dalam menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian informasi yang sederhana. Tanpa model, informasi tentang suatu hal akan tampak rumit atau tidak jelas (ada pepatah yang mengatakan begini; Hadits berdalil atau harus ada dalilnya, kata bermisal atau harus ada contohnya, pen.)
Ketiga, fungsi “heuristik”. Artinya, melalui model, kita akan dapat mengetahui sesuatu hal secara keseluruhan. Karena, model membantu kita dengan memberikan gambaran tentang komponen-komponen pokok dari sebuah proses atau system
Keempat, fungsi prediksi. Melalui model, kita dapat memperkirakan tentang hasil atau akibat yang akan dapat dicapai. Oleh karena itu, dalam dunia ilmiah model ini sangat penting, karena dapat dipergunakan sebagai dasar bagi para peneliti dalam merumuskan hipotesis, yakni pernyataan-pernyataan yang berisikan penjelasan mengenai kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antara satu factor dengan factor/factor-faktor lainnya”.

Model Dasar
Denis McQuail dan Sven Windahl (1981) dalam bukunya menginventaris dan menjelaskan 28 buah model komunikasi. Kedua puluh delapan model komunikasi ini, menurut McQuail dan Windahl dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok, iaitu:
1.      Disebut dengan istilah model-model dasar komunikasi.
2.      Berkenaan dengan model pengaruh personal, penyebaran dan dampak komunikasi massa terhadap perorangan.
3.      Model tentang efek komunikasi massa terhadap kebudayaan dan masyarakat.
4.      Model yang memusatkan perhatian pada khalayak, dan
5.      Model komunikasi tentang system, produksi, dan alur media massa.


Model Dasar

1.      Model Lasswell, seperti berikut:

Who    Says What                 In Which Channel    To Whom                   With What Effect
(Siapa)           (Mengatakan  Apa    (Saluran Apa             (Kepada Siapa)         (Akibatnya apa)

2.      Model Komunikasi Sirkuler dari Osgood dan Schramm

                                    Message
                                    Channel

                        encoding                    decoding       
Source/                       interpreting   interpreting               Receiver/
Receiver                    decoding                    encoding                                Source

                                    Message
                                    Channel

                                                            Feedback



Melalui model komunikasi sirkuler dari Osgood dan Schramm di atas telihat bahwa proses komunikasi berjalan dua arah dengan fungsi ganda antara ke dua pelaku komunikasi, atau disebut juga dengan dwi fungsi, satu sisi pelaku komunikasi berperan sebagai sumber (source), yakni ketika menyampaikan pesan, dan disisi lain berfungsi sebagai sasaran atau penerima pesan (receiver), yaitu ketika menjadi sasaran atau penerima dari pesan yang disampaikan oleh pelaku komunikasi yang lain.

3. Model Komunikasi Gerbner

Model komunikasi yang dikembangkan oleh Gerbner mencakup 10 unsur sebagai berikut:
Ø  Someone (Komunikator dan komunikan)
Ø  Perceives an event (Persepsi)
Ø  And reacts (Reaksi)
Ø  In a situation (Situasi pisik/psikologis/social)
Ø  Through some means (Saluran/media)
Ø  To make available materials (Distribusi, administrasi)
Ø  In some form (Bentuk, struktur, pola)
Ø  And context (Konteks, setting)
Ø  Conveying content (Makna pesan)
Ø  Of some consequence (Akibat, hasil)

4. Model Komunikasi C. Shannon and Warren Weaver
Seperti pada model berikut:

            M        S                                  R-S                  M

IS                                   T                                R                     D

                                    N.S


NB.
IS = Information Source (Sumber Informasi)
M = Message (Pesan)
T  = Transmitter (Alat/Saluran Penyampaian Pesan)
S   = Signal (Sinyal, dalam bentu Tanda-tanda)
RS = Received Signal (Sinyal Yang Diterima)
R   = Receiver (Penerima)
D   = Destination (Tujuan, Dampak).
NS = Noise Source (Sumber Gangguan).


5. Model Komunikasi DeFleur
  
                                    Mass medium device
                                    Perangkat media masa

Source                        Transmitter    Channel                     Receiver                   Destination

                                                Noice

Destination    Receiver                    Channel                     Transmitter    Source

                                                Feedback
                                                device
  
NB. Transmitter = Alat pengolah informasi


Monday, August 29, 2016

komunikasi politik bab "Signifikansi Komunikasi Politik"

PEMBAHASAN

1.      Signifikansi Komunikasi Politik
2.      Fokus Kajian Komunikasi Politik
3.      Pengertian Komunikasi Politik
4.      Sejarah Komunikasi Politik
5.      Metode Komunikasi Politik

Kenapa Mempelajari Komunikasi Politik (Kompol)
Setiap kajian keilmuan tidak bisa mengabaikan signifkansi (arti pentng) dari untuk apa disiplin ilmu yang bersangkutan diajarkan kepada umat manusia, khususnya mahasiswa, karena melalui bahasan (kupasan) signifikansi dari setiap kajian tersebut manusia (pengkaji) dapat menarik sebuah pemahaman apakah ilmu yang bersangkutan benar-benar mempunyai signifikansi atau tidak, seperti ilmu biologi yang mempelajari anatomi tubuh manusia dan disiplin-disiplin ilmu yang lainnya. Demikian juga dengan komunikasi politik.
 Artinya, ilmu komunikasi, khususnya komunikasi politik signifikan (berarti) untuk dipelajari, terutama oleh mereka-mereka yang consens (sangat peduli) dengan kajian proses komunikasi politik agar menjadikan setiap proses politik yang terjadi pada satu kurun tertentu dan pada sebuah Negara tertentu, benar-benar menjadikan setiap komponen, terutama sasaran komunikasi politik (rakyat), menjadi lebih baik, lebih bahagia dan sejahtera dalam artian yang sebenarnya.
Diantara faktor penting dan berartinya untuk mempelajari komunikasi politik, terutama bagi mahasiswa, pengamat komunikasi dan konsultan, tersebut adalah:

1.  Faktor Sejarah
Tidak bisa dimungkiri bahwa ilmu komunikasi lahir (ada) disebabkan oleh peran yang dimainkan oleh para pelaku politik. Lihat saja, diantara bapak pendiri, the founding father, ilmu komunikasi terdapat tokoh politik yang sangat terkenal, yaitu Harold D. Lasswell. Lasswell memanfaatkan komunikasi untuk kepentingan politik guna menggerakan actor politik secara khusus dan masyarakat secara umum agar peduli dan berjuang untuk kepentingan bangsa dan negaranya.
Para ahli politik menggunakan komunikasi dalam segala sisinya untuk kepentingan politik. Apakah itu ketika sedang berlangsung perang dunia kedua, ataupun pada masa-masa damai. Ketika masa perangnya misalnya, para pakar politik menggunakan komunikasi untuk memotivasi pasukan (prajurit) untuk berjuang secara kesatria, pantang mundur, pandang menyerah demi bangsa dan Negara, dan diberi symbol sebagai pahlawan (wira) dan symbol-simbol yang menyenangkan dan menjanjikan lainnya.

2. Faktor Kondisi Kekinian
Akhir-akhir ini, terutama pada abad komunikasi dan informasi (lebih akrab dengan istilah ICT; Information communication and technology ) terdapat sebuah kecenderungan, khususnya yang melanda generasi muda, yang memperlakukan komunikasi politik sebagai sebuah disiplin ilmu yang harus dijauhi. Mereka alergi terhadap komunikasi politik, karena menurut pemahaman mereka komunikasi politik tidak jauh berbeda dengan politik, khususnya peraktek politik yang cenderung menghalalkan segala cara (Maciafili), politik itu kotor dan segala terminology (istilah) yang tidak bersahabat lainnya.
Untuk itu harus dijauhi, jika tidak orang (pelaku) komunikasi (komunikator) tidak jauh bedanya dengan para pelaku politik, politisi. Bila ini yang terjadi, komunikasi yang pada awalnya berpihak kepada rakyat, yang terjadi malah sebaliknya, yaitu mensengsarakan rakyat. Alih-alih memperjuangkan aspirasi rakyat, yang terjadi justru sebaliknya mereka semakin kaya dan berpoya-poya sedangkan rakyat semakin menderita dan sengsara.
Politik kedepan tidak lagi semata-mata ditentukan oleh posisi seseorang pada sebuah lembaga politik, seperti ketua umum Partai, anggota Dewan Perwakilan Rakyat/Daerah (DPR/D), dan lain sebagainya, melain juga oleh faktor, apakah pelaku politik mempunyai sumber ekonomi yang cukup signifikan (langsung ataupun tidak langsung) dalam proses mendapatkan dukungan dari rakyat, dipilih menjadi anggota eksekutif, legislatif ataupun yudikatif, jika tidak mimpi hanya akan menjadi mimpi dan tidak akan pernah menjadi sebuah kenyataan.

3. Faktor Manfaat Praktis dan Pragmatis 
Setiap kajian keilmuan, selain mengandung unsur pengembangan wawasan keintelektualan, juga dapat digunakan untuk kepentingan praktis pargmatis, seperti bagaimana menjadi seorang pelayan yang baik (excellence servicer) pada kajian ilmu marketing (pemasaran) dan cara membangun hubungan yang baik dan saling menguntungkan pada kajian Public Relations atau disebut juga dengan Hubungan Masyarakat (Humas).
Demikian juga halnya dengan ilmu komunikasi politik, dimana ilmu ini dapat digunakan dalam hal bagaimana cara mempengaruhi masyarakat sasaran atau pemilih secara khusus dalam konteks untuk mendapatkan dukungan dari rakyat dan keberlangsungan masa depan partai pada masa-masa atau proses pemilihan umum priode berikutnya.

4. memainkan peranan vital – crucial  role – terhadap apa yang dilakukan oleh politisi.
Kompol penting agar dapat (jadi) dipilih dalam posisi yang dipercaya oleh public. Pertama di kantor, petugas public berkomunikasi satu sama lain tentang persoalan komunitasnya. Mereka juga berkomunikasi dengan penduduk; mereka menghimpun kita untuk mendukung tindakan tertentu, mereka memberi info kita tentang kegiatan pemerintah dan alasan dibalik kegiatan itu dilakukan, dan mereka menolong kita untuk memahami kompleksitas pertanyaan dan solusi public policy (kebijakan public). Pejabat yang dipilih kadang-kadang juga berkomunikasi dengan cara yang tidak kentara tentang siapa mereka atau apa yang pemerintah lakukan, tanpa menyadari bahwa mereka sedang mengirim pesan.
Komunikasi politik memainkan peranan vital – crucial  role – terhadap apa yang dilakukan oleh politisi. Kompol penting agar dapat (jadi) dipilih dalam posisi yang dipercaya oleh public. Pertama di kantor, petugas public berkomunikasi satu sama lain tentang persoalan komunitasnya. Mereka juga berkomunikasi dengan penduduk; mereka menghimpun kita untuk mendukung tindakan tertentu, mereka memberi info kita tentang kegiatan pemerintah dan alasan dibalik kegiatan itu dilakukan, dan mereka menolong kita untuk memahami kompleksitas pertanyaan dan solusi public policy (kebijakan public). Pejabat yang dipilih kadang-kadang juga berkomunikasi dengan cara yang tidak kentara tentang siapa mereka atau apa yang pemerintah lakukan, tanpa menyadari bahwa mereka sedang mengirim pesan.
Pada saat yang sama, public tidak hanya duduk dan menerima pesan politik dari komunikator politik, minimal dalam masyarakat yang demokratis. Penduduk membaca surat kabar (koran); kita menonton berita televisi; kita mengunjungi warnet. Kita mendiskusikan berbagai isu – discussion about many issues - dengan teman dan tetangga kita, dan kita berbagi opini tentang public problems (masalah public) dengan orang yang mempunyai (menempati) posisi tanggungjawab (pengambil keputusan/kebijakan) – decision makers -. Secara berkala (priodik) kita mengekspresikan pandangan kita pada kotak pemilihan ketika memilih seorang kandidat atau yang lain. Semua aktivitas ini merupakan bagian vital dari komunikasi dua arah – two communication - antara yang memerintah dengan yang diperintah – government and society.
 Apa yang dilakukan oleh yang mengurus (manajemen) tersebut adalah komunikasi politik; apa yang kita (yang diurus) lakukan juga komunikasi politik. Dengan mengikut sertakan diri dalam proses ini – yang memerintah dan yang diperintah – secara langsung mengurus komunitas di mana kita tinggal. Komunikasi politik ini vital; kehidupan politik kita sebagai penduduk tergantung kepada komunikasi politik yang dilakukan.


Fokus Kajian Kompol

Agar tidak timbul kebingungan dalam proses memahami sebuah kajian keilmuan, termasuk dalam hal ini kajian yang berkenaan dengan komunikasi politik, maka para ahli berpendapat agar setiap kajian memiliki fokus kajiannya. Hal ini sangat penting agar sebuah disiplin ilmu tidak bercampur- baur, campur aduk dan sangat sulit membedakan antara satu kajian dengan kajian ilmu yang lainnya. Selain itu juga untuk menghindari agar sebuah disiplin ilmu tertentu tidak dikelompokkan atau dijadikan bagian dari ilmu yang lainnya.
Berdasarkan pemikiran di atas, yaitu kajian sebuah ilmu agar fokus pada apa yang menjadi objek kajiannya, maka kajian komunikasi politik memfokuskan diri dan difokuskan pada dimensi “Proses penyampaian atau pertukaran pesan dalam konteks politik”. Artinya, kajian komunikasi politik dikonsentrasikan atau ditujukan pada proses penyampaian atau pertukaran pesan yang terjadi pada institusi atau lembaga yang mempunyai pengaruh – implikasi – dampak – politik.
Dengan demikian berarti bahwa kajian komunikasi politik (Kompol) difokuskan (ditujukan) pada proses penyampaian atau pertukaran pesan yang terjadi pada lembaga (dilakukan oleh individu ataupun lembaga, atas nama individu mahupun lembaga) yang mempunyai pengaruh dan menentukan proses politik, apakah itu dalam bentuk partai politik, lembaga pemerintahan, ataupun sosial kemasyarakatan seperti yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak atau menjalankan aktivitas, kegiatan politik ataupun yang lainnya (seperti lembaga yudikatif atau peradilan).
Fokus atau ruang lingkup kajian Komunikasi Politik secara garis besarnya berkenaan
Dengan kajian seputar Unsur-unsur dari Komunikasi Politik (Dan Nimo) atau Who says what to whom, with channel with what effect (Harold D. Lasswell, 1927) ataupun study of the mea due to its centrality to the process of the dissemination of political views, information and knowledge (Darren G. Lilleker, 2006)

Pengertian Komunikasi Politik

Cangara, H (2009) mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan komunikasi politik ialah suatu bidang atau disiplin keilmuan yang bertujuan untuk menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai efek politik, atau mempengaruhi perilaku politik (contoh voter behavior)
McQuail (dalam Pawito, 2009: 2), mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan komunikasi politik ialah semua proses penyampaian informasi – termasuk fakta -, pendapat, keyakinan, dan seterusnya pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan politik yang lebih bersifat melembaga
Krans dan Davis (dalam Susanto, 2009: 4) menyatakan bahwa komunikasi politik sebagai proses komunikasi masa, termasuk KAP dan elemen-elemen di dalamnya, yang mungkin mempunyai dampak terhadap perilaku politik
Brian McNair berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan komunikasi politik ialah aktivitas komunikasi tentang politik yang sarat tujuan. Aktivitas yang dimaksud tidak hanya berbentuk komunikasi lisandan tulisan, tetapi juga melibatkan simbol-simbol non verbal, seperti pakaian, rias wajah, gaya rambut, desain logo, dsbnya.
Gabriel Almond (1960): komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik. “All of the functions performed in the political system, political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication, are performed by means of communication.”
Political communication refers to any exchange of symbols or messages that to a significant extent have been shaped by or have consequences for the political system
(Meadow, 1980).

komunikasi politik merupakan salah satu dari fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa –“penggabungan kepentingan” (“interest aggregation”) dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy. (Miriam Budiardjo).

Sejarah dan Metode Komunikasi Politik

Political communication is as old as political activity; it was a feature of ancient (kuno) Greece and the Roman Empire as well as across diverse political systems in the modern age.
It is hard to think of a time, under any political system, where political leaders have not had arequirement (keperluan) to communicate with other groups in society, or have not had to persuade the people to support them, often as opposed to rivals for their power and position.
However, for much of human history political communication would have been a linear, top-down process from leaders to people. We see the direction of communication being straight (lurus) down, the majority being caught (ditangkap/diambil) by the media and then channel led out once again (kemudian disalurkan kembali), what is now referred to as the process of mediation; however little communication was to go from the bottom of society into the political sphere.
Democratization of the majority of the political systems changed the nature of political communication and political activity moved into the public sphere. The people became involved in politics because they were expected to have a political role. Equally, with increased access to information and greater levels of education, came a demand for greater political involvement and influence.
The voter was not content (puas) with the simple act of voting, the voter became an active citizen, one who could join an anti-state cause, the fight against apartheid in South Africa for example, as easily as a recognized political party. Communication between the various groups, electoral and non-electoral, became competitive; each vying (berlomba-lomba) for space in the media and the attention of the people. Thus we find more complex models for understanding modern political communication.
Figure 2 demonstrates the lines of communication that, theoretically, are open between each group. How communication is made may vary, and how audible (dapat didengar) the message is can be dependent upon the size of any group or level of support for a party, group or cause and the tactics used to get the message across. However, in a pluralist society, at least in theory, all groups will communicate among themselves and between one another and will be both learning from and competing with one another.
The greater the number of voices competing, the more intense the competition, the better communicators groups must be in order to be heard. Thus we hear of the professionalization of political communication, that it has become better in some way in order to be heard by more groups and individuals (Mancini, 1999). Some attribute developments purely to learning from practice in the United States (US), others shy away from the Americanization thesis; however, most agree that the process by which political communication is carried out has evolved, become more technically and technologically sophisticated and adopted techniques from the worlds of corporate advertising and marketing in order to compete in the modern information-rich society.
An early and effective form of direct, or non-mediated, political communication involved public meetings; political campaigners would go out and meet the workers and deliver speeches to them. It was using these tactics that movements like Lenin’s Bolsheviks gained the support necessary to undermine (melemahkan) Russia’s tsar (kaisar), Nicholas II; equally such meetings allowed the British Labor Party to become an electoral force. Elsewhere (pada tempat/sisi yang lain), public meetings, in church halls, cinemas or back rooms of hotels, cafes and drinking houses became a key way to meet the people; the memoirs of many democratic politicians, active in the 19th  and early 20th  century, recall such events during their early careers.
The late, veteran United Kingdom (UK) Labor Member of Parliament (MP) Ian Mikardo recalls in his autobiography Backbencher a meeting in the canteen of the Miles aircraft factory at Woodley, just outside Reading, the constituency Mikardo successfully fought (berjuang) in 1945. Here he faced 6,000 workers, all worried about redundancies following the end of the Second World War.
To secure their votes, Mikardo had to allay (mengurangi) their fears while the workers tried to ‘squeeze (mengekang) all they could out of the first opportunity they’d had in ten years to put some aspiring politician through the hoop’ (Mikardo, 1988: 83). Such meetings are now few and mainly limited to countries  where technology does not allow for the message to be delivered directly to homes: the only comparable types of event are the mass rallies (perhimpunan) held around US presidential elections, or mass meetings of party members.

Technology, however, not only effected political communication in the 20th  century. The invention (penemuan) of the printing press allowed Thomas More to attack the inequality in 15th -century England. Since then, every political activist has published pamphlets and often delivered them by hand door to door or placed them in venues where the masses may be reached. While still the preserve of weakly-funded, often radical or underground movements, or those with little access to mass communication media, such activities still take place.
Every election across the democratic world will see leafleting, and many argue that such activities are of ultra importance in determining the result of elections (see particularly the research of David Denver (Denver and Hands, 1997; Denver et al., 2002; see also Johnston, 1987; Negrine and Lilleker, 2003)). But, largely, political communication has become an activity aimed at a mass audience using the mass media of television across the majority of the states in the world today. Hence direct political communication has become less of a feature in recent elections, despite research that indicates the importance of face-to-face interaction between politician and public (Jackson and Lilleker, 2004).
As communications technology allowed mass communication, communication necessarily changed. Many politicians took an instant dislike to the constraints of television: war leaders Winston Churchill and Charles de Gaulle found it hard to adapt their styles and appeared awkward (canggung/kikuk) and aloof (menyendiri) in front of the camera (Scammell, 1995). They, and many politicians of their era, had learned how to use radio effectively. In fact, during the Second World War, a secondary communication war took place with national leaders transmitting to their own people, to rally (menghimpun) support, while enemies attempted to undermine (memperlemah) their efforts by broadcasting into other states.

Consider the effect on the people of Sheffield, UK, when the Nazi-supporting broadcaster Lord Haw. Haw would ask them to look out of their windows and see if ‘the ten tall chimneys (serombongan) [of the British Steel factory] were still standing. Do you see them ablaze,’ he would mockingly (dengan nada mengejek)  ask. The US-sponsored Radio Free Europe played a similar role when broadcasting into the Soviet bloc during the cold war. Broadcasts would discuss the oppressive (menindas) nature of Soviet rule and try to encourage dissidence (penentangan). Few political communicators still use radio as the main means of dissemination, though it still offers politicians potential to reach the people.

Sunday, August 28, 2016

Marketing Management “Kotler & Keller”


Bauran Pemasaran 4P


Apa itu Pemasaran ??
Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan  seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan Organisasi dan para pemilik sahamnya
Apa itu management pemasaran ??
Manajemen Pemasaran adalah art and science (seni & Ilmu) Untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan, dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul.
Pada intinya adalah bagaimana kita mengatur pemasaran agar mencapai target yang kita inginkan
Org dapat mengasumsikan akan selalu ada kebutuhan penjualan. Akan tetapi, tujuan pemasaran bukan untuk memperluas penjualan hingga kemana-mana. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan. Idealnya Pemasaran hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap membeli. Semua yang dibutuhkan selanjutnya adalah menyediakan produk atau jasa itu.”
-Peter Drucker-

Ada 5 persyaratan dalam Pertukaran, yaitu :
1.      Sekurang-kurangnya ada dua pihak
2.      Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bisa bernilai bagi pihak lain.
3.      Masing-masing pihak mampu mengkomunikasikan dan menyerahkan sesuatu
4.      Masing-masing pihak bebas utk menerima atau menolak imbalan perukaran
5.      Masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan tindakan yang tepat dan diinginkan
Status Permintaan dan Tugas Pemasaran
n  Permintaan negatif :
¨ Konsumen tdk menyukai produk dan bahkan mungkin membayar untuk menghindarinya c: vaksinasi
n  Tidak ada permintaan
¨ Tdk sadar/tdk berminat thd produk tt c: mhs tdk suka belajar bhs asing
n  Permintaan laten
¨ Kons memiliki kebutuhan yg kuat yg tdk dpt dipuaskan ol produk yg sdh ada c : rokok yg sehat
n  Permintaan merosot
¨ C : PT kekurangan mahasiswa yg mendaftar
¨ Permintaan tidak teratur
¨ Bersifat musiman, harian. C: angkutan umum sepi dlm wkt2 tertentu -- Synchromarketing
n  Permintaan penuh
¨ Konsumen mempertahankan tk permintaan. Perpuas dgn perush. Tugas pemasaran adlh ush hrs mempertahankan dan memperbaiki mutunya dan terus menerus mengukur kepuasan konsumen
n  Permintaan berlebihan
¨ Permintaan yg lebih tinggi drpd yg dpt mrk tangani. Tugas pemasaran adl Demarketing, mencari cara mengurangi permintaan seperti menaikkan harga, mengurangi promosi utk beberapa bagian yg tdk menguntungkan.
n  Permintaan tak sehat
¨ Produk tdk sehat – rokok, alkohol

Orientasi Perusahaan terhadap Pasar :
Produksi : menegaskan bahwa konsumen akan memilih produk yang tersedia dimana-mana dan murah
Produk : konsumen akan lbh mnyukai produk-produk yg menawarkan fitur-fitur paling bermutu, berprestasi atau inovatif
Penjualan : Organisasi hrs melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif
Pemasaran :  perushaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang dipilih


Marketing Mix and the Customer


Four Ps
n  Product (produk)
n  Price (harga)
n  Place (tempat)
n  Promotion (promosi)
Four Cs
n  Customer solution (solusi pelanggan)
n  Customer cost (biaya atau harga pelanggan
n  Convenience (kenyamanan)
n  Communication (komunikasi)



I want it, I need it…..
5 jenis kebutuhan hidup manusia :
n  Kebutuhan yang dinyatakan (stated needs)
pelanggan menginginkan sebuah mobil murah
n  Kebutuhan riil (Real needs)
            pelanggan menginginkan sebuah mobil bukan soal harga awalnya, melainkan biaya operasinya murah
n  Kebutuhan yg tidak dinyatakan (Unstated needs)
            pelanggan mengharapkan layanan yang baik dari dealer
n  Kebutuhan akan kesenangan (Delight needs)
            pelanggan akan suka kalau dealer memasukkan sistem navigasi onboard
n  Kebutuhan rahasia (Secret needs)
            pelanggan ingin terlihat oleh para sahabat sebagai konsumen yang cerdas

Tugas Manajemen Pemasaran:


n  Mengembangkan strategi dan rencana pemasaran
n  Merebut pencerahan pemasaran
n  Berhubungan dengan pelanggan
n  Membangun merek yg kuat
n  Membentuk tawaran pasar
n  Menghantarkan nilai
n  Mengkomunikasikan nilai
n  Menciptakan pertumbuhan jangka panjang